BERSATU DALAM ISLAM, JANGAN BERFIRQAH-FIRQAH

DSC00142

Allah azza wa jalla berfirman

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَّ لاَ تَفَرَّقُوْا، وَاذْكُرُوْا نِـعْمَتَ اللهِ عَلَـيْكُمْ اِذْ كُنْـتُمْ اَعْدَآءً فَاَلــَّـفَ بَـيْنَ قُـلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِـنِعْمَتِه اِخْوَانًـا، وَ كُـنْتُمْ عَلى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ الـنَّارِ فَاَنــْقَذَكُمْ مِّنْهَا، كَذلِكَ يُـبَـيِّنُ اللهُ لَكُمْ ايـتِه لَـعَـلَّكُمْ تَـهْتَدُوْنَ. ال عمران:103

 Inilah perintah dari Allah Yang Maha Kuasa agar kita bersatu dalam Islam dan jangan berpecah-belah. Maka wajib kita harus sadari, persatuan ummat adalah rahmat dan kasih sayang Allah. Jangankan manusia-manusia biasa seperti kita, Nabi sendiri yang dipilih dan diangkat oleh Allah menjadi utusan-Nya, tidak dapat menyatukan hati manusia, sebagaimana firman Allah :

لَوْ اَنـْفَقْتَ مَا فِى اْلاَرْضِ جَمِيْعًا مَّا اَلـَّفْتَ بَيْنَ قُـلُوْبِهِمْ وَلكِنَّ اللهَ اَلـَّفَ بَـيْنَهُمْ. الانفال:63

“Seandainya engkau (Muhammad) belanjakan apa yang ada di bumi semuanya, tidaklah bisa engkau persatukan hati mereka, tetapi Allah-lah yang mempersatukan mereka”. [Al-Anfal : 63].

Persahabatan yang dilandasi taqwa insya Allah akan langgeng, tetapi persahabatan yang dilandasi oleh dorongan lain justru akan berakhir dengan permu­suhan. Manakala salah satu merasa kepentingannya tidak tercapai, apalagi merasa dirugikan, berubahlah persahabatan menjadi permusuhan.

َاْلاَخِلاَّءُ يَـوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلاَّ اْلمُـتَّـقِـيْنَ. الزخرف:67

“Sahabat-sahabat akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang taqwa”. [Az-Zuhruf : 67].

اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ   لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.

Islam cinta persahabatan dan persa­tuan, dan membenci perselisihan yang menyebabkan perpecahan dan permusuhan. Rasulullah SAW bersabda:

اِيـَّاكُمْ وَ الظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ اْلحَدِيْثِ، وَ لاَ تَـحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَ لاَ تَـنَافَسُوْا، وَ لاَ تَحَاسَدُوْا، وَ لاَ تـَبَاغَضُوْا، وَ كُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانــًا، اَلمُسْلِمُ اَخُو اْلمُسْلِمُ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخـْذُ لُهُ ، وَ لاَ يَحْقِرُهُ. اَلـتَّقْوَى ههُنَا (وَ يُشِيْرُ اِلىَ صَدْرِهِ) بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ اَنْ يَحْقِرَ اَخَاهُ اْلمُسْلِمَ كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَ عِرْضُهُ وَ مَالُهُ.

“Jauhkanlah dirimu dari buruk sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta omongan (hati), janganlah kamu mencari-cari aib, janganlah kamu mengintai-intai (tajassus), janganlah kamu bersaing (yang tidak sehat), janganlah kamu dengki-mendengki, janganlah kamu benci-membenci. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersau­dara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Tidak boleh menganiaya, tidak boleh membiarkannya (tidak tolong-menolong) dan tidak boleh menghinanya. Taqwa itu disini (sambil beliau mengi­syaratkan dengan menunjuk ke dadanya). Seorang Muslim cukup menjadi jahat karena dia menghina saudaranya sesama Muslim. Tiap seorang Muslim terhadap Muslim lainnya adalah haram darahnya, kehormatannya dan hartanya”. [HR. Bukhari dari Abu Hurairah].

اُوْصِيْكُمْ بِاَصْحَابِى، ثُمَّ الَّذِيـْنَ يَـلُوْنَـهُمْ … عَلَيـْكُمْ بِاْلجَمَاعَةِ. وَ اِيـَّاكُمْ وَ اْلـفُرْقَةَ، فَاِنَّ الشَّيـْطَانَ مَعَ اْلـوَاحِدِ، وَهُوَ مِنَ اْلاِثــْنَـيْنِ اَبـْعَدَ. مَنْ اَرَادَ بُحْبُوْحَةَ اْلجَنَّةِ   فَـلْـيُـلْزِمِ اْلجَمَاعَةَ. التـرمذى

“Aku washiyatkan kepada kalian (agar mengikuti) para sahabatku, kemudian generasi berikutnya, ……… . Kalian harus berjama’ah (bersatu padu), waspadalah terhadap perpecahan karena sesungguhnya syaitan bersama orang yang sendi­rian, dan dia (syaitan) akan menjauh (memi-sahkan diri) dari dua orang. Barangsiapa yang menginginkan surga, hendaklah tetap dalam jama’ah ya’ni dalam kesatuan dan persatuan”. [HR. Tirmidzi].

اَلاَ اُخْبِرُكُمْ بِاَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلاَةِ وَ الصِّيَامِ وَ الصَّدَقَةِ؟ قَالُـوْا: بَـلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ.صَلاَحُ ذَاتِ اْلـبَـيْنِ، فَاِنَّ فَسَادَ ذَاتِ اْلـبَـيْنِ هِيَ اْلحَالِـقَةُ. قَالَ التِّرْمِذِىُّ، وَ يـُرْوَى عَنِ الـنَّبِيِّ ص اَنـَّهُ قَالَ: هِيَ اْلحَالـِقَةُ. لاَ اَقُوْلُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ، وَلكِنَّ تَحْلِقُ الدِّيـْنَ. التـرمذى و ابو داود

“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari pada pahala ­shalat, puasa dan shadaqah ?” Para sahabat menjawab : “Tentu ya Rasulullah”. Nabi SAW bersabda : “Memperbaiki hubungan sesama saudara, karena rusaknya persaudaraan itu adalah pencukur”. Tirmidzi berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Aku tidak memaksud­kan mencukur rambut, tetapi mencukur (menghilangkan) agama”. [HR. Tirmidzi dan Abu Dawud].

دَبَّ اِلَـيْكُمْ دَاءُ اْلاُمَمِ قَـبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَ اْلبَغْضَاءُ هِيَ اْلحَالِـقَةُ. لاَ اَقُوْلُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ، وَلكِنْ تَحْلِقُ الدِّيـْنَ. وَ الَّذِيْ نَـفْسِى بِيَدِهِ، لاَ تَدْخُلُوا اْلجَنَّةَ حَتَّى تُـؤْمِنُوْا، وَ لاَ تُـؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّـوْا. الـتـرمذى

“Penyakit umat-umat sebelum kamu telah menjangkiti kepada kamu sekalian, yaitu kedengkian dan permusuhan. Itulah sang pencukur. Aku tidak mengatakan mencukur rambut, tetapi mencukur agama. Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, kamu sekalian tidak akan masuk surga sehingga kamu sekalian beriman, dan kamu tidak beri­man sehingga saling berkasih sayang”. [HR. Tirmidzi].

Lebih tegas lagi Rasulullah SAW bersabda :

لاَ يُـؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِـنَفْسِهِ. متفق عليه

Tidak beriman salah seorang di antara kamu sekalian sehingga dia mencintai saudaranya seperti cinta pada dirinya sendiri. [Muttafaq ‘alaih]

  Mengapa Islam begitu keras memerintah­kan kesatuan dan persatuan, dan mengapa Islam sangat mengecam dan membenci perpecahan dan permusuhan, karena kesatuan dan persatuan akan memperkuat orang-orang yang lemah dan menambah kekuatan bagi yang sudah kuat.

اَلْمُـؤْمِنُ لِلْمُـؤْمِنِ كَاْلـبُنْيَانِ يَشُدُّ بَـعْضُهُ بَعْضًا. متفق عليه

“Orang mu’min satu dengan yang lain seperti satu bangunan yang saling kuat menguatkan”. [Muttafaq ‘alaih]

Kesatuan dan persatuan merupakan benteng pertahanan dari ancaman kehancuran. Sedangkan perpecahan dan permusuhan akan merusak hubungan persau­daraan (Ukhuwah Islamiyah) yang mengakibatkan lemahnya ummat Islam.

Firman Allah :

قُلْ لآَ اَسْئَلـُكُمْ عَلَـيْهِ اَجْرًا اِلاَّ اْلمَـوَدَّةَ فِى اْلـقُرْبى، وَ مَنْ يَّقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّـزِدْ لَه فِيْهَا حُسْنًا، اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ. الشورى:23

… Katakanlah, “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan”. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan atas kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha mensyukuri”. [Asy-Syuura : 23]

Persaudaraan sesama Muslim tidak bisa dihalangi oleh lautan maupun daratan yang luas, suku maupun bangsa, apalagi hanya perbedaan tanda gambar.

Nabi SAW bersabda :

تَرَى اْلمُؤْمِنِيْنَ فِى تَـوَادِّهِمْ وَ تَرَاحُمِهِمْ وَ تَـعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ اْلجَسَدِ اْلـوَاحِدِ، اِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ اْلاَعْضَاءِ بِاْلحُمَى وَ السَّــهَرِ.

“Kamu lihat kaum Mukminin dalam berkasih sayang dan menjalin hubungan seperti satu tubuh; apabila salah satu anggota tubuh mengeluhkan rasa sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan­nya”

 

لاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَلاَ تَبَاغَضُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا.

“Janganlah kalian saling hasad, saling membuat makar dan saling bermusuhan. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”

Kita berusaha menjadi orang Islam yang baik sebagai­mana sabda Nabi SAW :

اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يـَدِهِ.

     “Orang Muslim (yang sebenarnya) adalah orang yang menjadikan orang lain selamat dari gangguan ucapannya dan perbuatan­nya”.

Tinggalkan komentar